
Rumah Subsidi Jakarta, adalah kata kunci yang sering di ketikkan mayoritas warga yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, Pada mesin pencari No 1 Di Dunia Google. Hal ini membuktikan keinginan dan minat masyarakat untuk memiliki hunian sendiri dengan harga terjangkau ini masih begitu tinggi, Terutama di Jakarta tentunya.

Tren pencarian rumah subsidi di jakarta ini tidak pernah turun, bahkan cenderung naik, Grafik di atas di tarik dari angka 5 Tahun Terakhir Sejak artikel ini di tulis, bahkan di saat pandemi, di mana kampanye Work For Home sering di gaungkan, tentu membuat kebutuhan akan hunian semakin tinggi.
Dan fakta bahwa backlog rumah atau persentase antara masyarakat yang belum memiliki rumah dan sudah masih begitu tinggi, Mencapai 12 Juta, terutama di kota-kota besar terutama jakarta, sebagai ibu kota negara.
Celakanya, sejak awal pemerintah meluncurkan program sejuta rumah, pemerintah hanya menjanjikan bahwa program ini Bisa di jangkau semua lapisan masyarakat terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah,
Pemerintah tidak pernah menjelaskan apa itu rumah subsidi, di mana saja lokasinya, dan apa saja syarat sebuah hunian itu bisa di kategorikan rumah subsidi, dan apa saja syarat-syarat bagi developer yang menyediakan hunian, dan bagi masyarakat yang ingin membelinya.
Ketidak jelasan informasi dari pemerintah mengenai rumah subsidi, menyebabkan kesimpang siuran berita yang di terima masyarakat, masih banyak mayoritas masyarakat yang masih berpikir bahwa rumah subsidi ini di sediakan oleh pemerintah dan bisa di bangun di mana saja.
Faktanya Tidak, hampir 90% mayoritas rumah subsidi tidak di bangun oleh pemerintah Bumn ataupun BUMD, justru sebagian besar di bangun oleh developer swasta.
Rumah subsidi memiliki batas harga jual yang sudah di tentukan oleh pemerintah setiap tahunnya. dimana untuk tahun 2022 saat artikel ini di tulis, Harga rumah subsidi di pinggiran jabodetabek sebesar 168 Juta,
Batas harga jual ini harus di penuhi oleh semua developer yang ingin berkontribusi untuk membangun rumah subsidi.
karena konsekuensinya apabila developer tidak bisa mematuhi batas harga jual rumah subsidi yang sudah di tetapkan. mereka (para developer) tidak akan mendapatkan pembiayaan dari perbankan, Terlebih mayoritas masyarakat yang mengikuti program kpr subsidi ini banyak yang membeli dengan cara kredit
Kredit yang di berikan berupa suku bunga rendah 5% dan angsuran Flat Sampai Lunas, dengan tenor atau jangka waktu angsuran mulai dari 10, 15 atau 20 Tahun, inilah sebenarnya yang di subsidi oleh pemerintah.
Perlu di ketahui bahwa Kpr Non subsidi suku bunganya berkisar antara 9 sampai 12 % dengan angsuran yang tiap tahun naik, mengikuti inflasi.
Batas Harga Jual Yang sudah di tentukan oleh pemerintah ini membuat para developer harus “memutar otak”, dan “bergerilya” untuk mencari lokasi yang memenuhi kriteria untuk di bangun rumah subsidi.
Karena tidak semua lokasi bisa di bangun rumah subsidi.
Mayoritas lokasi yang memenuhi kriteria ini untuk di bangun “Hunian Murah” ini berada cukup jauh dari ibukota, bahkan lebih di pinggir lagi di antara Kota satelit yang mengapit jakarta yaitu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan kabupaten Tangerang.
Mau tidak mau memang, biar bagaimanapun Developer itu bukan lembaga sosial yang membangun rumah cuma-cuma untuk masyarakat.Ada batas rasio antara harga tanah dan batas harga jual rumah yang sudah di tentukan, agar mereka tetap dapat keuntungan.
3 Alasan Kenapa Di Jakarta Tidak Akan Ada Rumah Subsidi
Kepadatan Penduduk Yang Tinggi

Jakarta adalah kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di indonesia, sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis, Jakarta masih di anggap seksi oleh sebagian pendatang dari luar daerah untuk mengadu nasib dengan merantau ke ibu kota untuk mencari penghidupan.
Dengan luas 662,33 kilometer persegi Dan Penduduk sebesar 14 Juta Jiwa, ini berarti setiap 1 Km persegi tanah di jakarta di huni oleh hampir 14.000 Jiwa, Sebuah angka, yang membuat jakarta memiliki 118 kali jumlah penduduk lebih padat dari rata2 kota di indonesia
Ketersediaan Lahan Yang Sangat Terbatas Di Jakarta Untuk Di Bangun Rumah Subsidi

Kepadatan Penduduk yang melebihi standar rata2 kepadatan kota di indonesia, membuat ketersediaan lahan di jakarta begitu terbatas.
Ya, Jakarta sudah begitu padat oleh warganya, saya rasa ketika kamu berada di jakarta nyaris hampir tidak ada kamu bisa melihat lahan kosong di area terbuka. semua nya begitu padat dengan Pemukiman, pedagang kaki lima dan manusia.
Hampir tidak ada celah kosong yang tersisa.
Bahkan ketidak seimbangan antara ketersediaan lahan dan rasio kependudukan membuat warga membuat pemukiman ilegal di bantaran kali, pinggir rel kereta api, bahkan sebagiannya lagi menempati lahan fasos milik pemerintah.
Seandainya masih tersedia lahan kosong di jakarta mengingat ketersediannya yang langka, maka sangat tidak efektif untuk membangun hunian tapak, untuk efisensi lahan yang ada hampir seluruh pembangunan di jakarta berorientasi vertikal, seperti gedung dan apartemen.
Lahan Di Jakarta Harganya Di Atas Rata2 Untuk Rumah Subsidi
Masih ingat akan prinsip Ekonomi? dimana banyaknya permintaan yang tidak di imbangi dengan ketersediaan. akan membuat harganya semakin meningkat?, dalam kasus ini ketersediaan lahan dan tingginya permintaan akan hunian, membuat tanah di jakarta harganya sungguh tak terkira.
Berapa harga tanah di jakarta paling murah yang pernah kamu dengar??? 10 juta?, 20 Juta?, bahkan harga tanah di Jakarta pusat bisa mencapai 80 juta per meter persegi.
Bahkan kontrakan di jakarta dengan lingkungan yang boleh di bilang “cukup baik” harganya sudah di atas 1 juta perbulannya.
Sungguh di luar nalar memang tapi begitulah realitanya.
Harga tanah adalah komponen paling dasar ketika membangun hunian, Bayangkan seandainya kita dapat harga yang paling murah 10 juta saja, untuk membangun hunian dengan luas 60 meter persegi, di butuhkan uang sebanyak 600 Juta rupiah.
Dan itu baru hanya untuk pembelian tanahnya saja.
Belum dengan biaya pembangunan, dan komponen perizinan, oleh karenanya kamu tidak akan pernah menemukan rumah di jakarta berharga di bawah 1 Milyar.
Lalu Bagaimana Solusinya?
Tanpa kita sadari sejak dahulu kita berada di bumi yang sama, dengan tanah yang tidak pernah bertambah luasnya, suka atau tidak, mau atau tidak ketersediaan dan lokasi rumah semakin lama memang akan semankin menjauh dari pusat kota, Baik itu mahal ataupun murah.

Lihat tugu pancoran di atas? Itulah wajah jakarta di tahun 1980-an, kamu bisa bayangkan seperti apa kondisi kota-kota penyangganya seperti Jakarta, bogor, Tangerang Dan Bekasi dulu.
Jauh…… Hutan Belantara, Rawa-rawa, Bekas Sawah, Masih Sepi, tempat jin buang anak, itu mah bukan di jakarta. Kata orang2 pesmis kala itu.
Sekarang mungkin hampir tidak pernah terdengar lagi pernyataan-pernyataan seperti itu, berganti khayalan orang2 yang belum punya, dan harga rumahnya sudah tak terkira untuk beli disana. “ahhh enak ya sekarang kalau punya rumah di situ sudah ramai aksesnya bagus dan dekat kemana-mana”.
Begitulah rumah murah, dari dulu ceritanya selalu sama, terlihat jauh, Namun Ketika daerah tersebut sudah ramai dan berkembang hanya terdengar kata:
“Nyesel ya, kenapa dulu ngga pernah maksain beli di situ waktu harganya masih murah”.
Rumah murah memang semuanya di pinggir, Tapi Nyari Rumah Murah Jangan Kelamaan Di Pikir, Karena Bisa Jadi Nanti Dapatnya Makin Lama Makin Ke Pinggir.